Ular naga panjangnya bukan kepalang
Menjalar jalar selalu kian kemari
Umpan yang besar itulah yang di cari
Ini dia lah yang terbelakang.....
Permainan tradisional sangatlah populer sebelum teknologi masuk ke Indonesia. Dahulu, anak-anak bermain dengan menggunakan alat yang seadanya. Namun kini, mereka sudah bermain dengan permainan-permainan berbasis teknologi yang berasal dari luar negeri dan mulai meninggalkan mainan tradisional. Seiring dengan perubahan zaman, pPermainan tradisional perlahan-lahan mulai terlupakan oleh anak-anak Indonesia. Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang sama sekali belum mengenal permainan tradisional.
Sabtu, 23 April 2011
SEJARAH KETAPEL
Dalam penggalian di situs hirbet el-Maqatir, sekitar 16 km sebelah utara Yerusalem, batu-batu umban diketemukan hampir di semua tempat. Dr. Bryan Wood, kepala tim penggalian, melaporkan, “Pada penggalian ketiga, kami menemukan hampir tiga lusin batu umban. Betuknya kasar, berdiameter2 inci lebih besar daripada bola tenis, dan beratnya sekitar sembilan ons.” Batu-batu itu dibentuk dengan alat. Bentuk dan ukurannya menunjukkan periode tertentu dalam sejarah Palestina. Batu umban berukuran besar digunakan hingga masa Yunani (akhir 4 BC). Pasukan Romawi dan Yunani menggunakan batu umban seukuran bola golf.
Ketapel zaman dahulu dibuat dari kulit atau juga dari anyaman wol, dengan sebuah kantung di tengahnya untuk meletakkan batu. Semakin panjang tali katapelnya semakin jauh pula lemparannya. Ketapel jarak jauh panjangnya sekitar 3 kaki.
Pasukan ringan (peltast) terdiri dari para pemanah, ketapel tangan, dan pelempar tombak. Mereka bertugas membuka serangan dengan menghujani musuh. Ketapel untuk jarak jauh, panah untuk jarak menengah, sedangkan tombak untuk jarak yang sudah agak dekat. Mereka juga bertugas melindungi pasukan berpedang (hoplite) saat melarikan diri.
Menurut sebuah dokumen perang, pasukan panah dilatih untuk membidik target sejauh 175 meter sedangkan pasukan ketapel 375 meter. Pasukan ketapel bahkan mampu membidik muka musuh secara akurat dengan kecepatan lemparan mencapai 90 km/jam. Seorang penulis Romawi mengatakan bahwa prajurit yang mengenakan baju pelindung berlapis kulit lebih takut pada serangan umban daripada anak panah. Sebuah dokumen kesehatan Roma yang ditulis oleh Celcus menunjukkan cara-cara pengambilan batu ketapel dari dalam tubuh seseorang. Ini berarti bahwa batu ketapel mampu menembus tubuh seseorang, walau dengan pelindung tubuh dari kulit.
Di Indonesia, ketapel sering disebut dengan plinthengan atau blandring. Ketapel digunakan untuk berburu hewan kecil seperti burung kecil atau capung, atau sekedar untuk bermain perang-perangan dengan teman sebaya.
Ketapel di Indonesia dibuat dari bahan kayu dan karet. Karet yang digunakan biasanya berasal dari ban bekas. Peluru yang digunakan biasanya batu kecil, atau karet gelang yang dibentuk bulat-bulat sehingga tidak melukai orang lain.
Artikel yang bagus...
BalasHapusDah lama saya tak membuat dan bermain ketapel. Tapi akhir akhir ini saya terpaksa membuat dan menggunakannya gara2 tanaman padi yang berbuah duluan dibanding sawah disekitarnya. Akibatnya ribuan burung emprit menyerang bulir padi yang mulai berisi.
Kawanan burung hanya menyukai bulir padi yang dalamnya masih berupa cairan dan rasanya kalau dicicipi memang manis, sangat disukai burung emprit yang dari sononya memang berukuran kecil.
Sayangnya saat ini dah susah membeli karet pentil yang ukurannya besar, beda dengan ketika kita kecil dulu. Karet pentil yang ada sekarang ukurannya kecil dan pendek, sehingga mudah putus. Untuk melontar 'peluru' pun nggak bisa jauh. Maka saya harus rajin berjalan kesana kemari di pematang sawah sambil teriak-teriak dan pukul kentongan untuk menghalau burung yang membandel.
Jepret.... hya... hya... thung... thung... thung....
Dari sana sini bersaut sauttan, mangkel tapi asik...
Peluru yang saya pakai bukan pakai batu, salah2 lahan sawah bisa penuh dengan kerilil, tapi cukup dengan tanah liat yang dipenyet2 seperti penthol bakso, tapi cukup ampuh.
Dah ada seminggu lamanya saya setiap pagi sebelum matahari terbit harus stanby di lapangan, siap tempur dengan segala atribut, baju belepotan tanah, belahan bambu dengan plastik warna warni, peluru dari tanah lempung, kenthongan, kaleng bekas roti, dan tentu saja ketapel.
Terkadang jika matahari menyengat sang emprit malas turun dari pohon bambu, dan lucunya saya malah merindukan mereka.
Jebret.... thung... thung.... thung.... hwaaaaaaaaaaa..........
bermanfaat bngt ni
BalasHapusketapel di kab.sangihe Sulawesi jauh lebih mematikan, dengan kekuatan karet pegas yg luar biasa dapat menghancurkan tengkorak manusia
BalasHapushal ini sangat berbahaya,